Sampingan

DSC02348

 

Alam sekitar adalah anugerah Tuhan yang amat bernilai kepada kesejahteraan kehidupan. Manusia banyak bergantung kepada sumber-sumber semulajadi di muka bumi ini. Allah telah mencipta alam ini seimbang untuk kemakmuran munusia. Bumi yang luas dijadikan tempat tinggal manusia, gunung-gunung sebagai pemasak bumi, tumbuh-tumbuhan sebagai sumber makanan dan ubatan kepada kehidupan, demikian juga dengan pelbagai jenis haiwan dan hidupan di lautan. Alam sekitar yang tidak tercemar memberikan kita suasana yang selesa dan menyamankan. Di samping memberi keselesaan kepada manusia, ia juga sedikit sebanyak akan terjejas akibat aktiviti-aktiviti pembangunan negara sekiranya alam sekitar di negara kita tidak dijaga dengan baik.

Persekitaran yang bersih membolehkan kita menyedut udara yang segar. Udara yang bersih merupakan nikmat yang sangat bernilai kepada kehidupan manusia. Kawasan yang segar dan bersih lazimnya dipenuhi dengan tumbuhan menghijau. Tumbuh-tumbuhan membebaskan oksigen ke udara dan membolehkan badan kita mendapat bekalan oksigen secukupnya.
Udara dalam alam sekitar kita yang bersih dan segar juga membolehkan kita menikmati keselesaan. Kita akan berasa selasa jika tiada gangguan di persekitaran kita. Cuaca panas dan kering yang disebabkan oleh kenaikan suhu dapat dielakkan dan membolehkan kita menjalani kehidupan dalam keadaan cuaca yang baik. Melalui persekitaran yang segar dan nyaman juga, orang ramai boleh melakukan aktiviti luar dan beriadah tanpa gangguan yang boleh menimbulkan perasaan rimas marah dan tidak selesa. Aktivti riadah yang dijalankan dalam keadaan bersih akan meningkatkan tahap kesihatan kita.
Selain itu, penanaman pokok-pokok haruslah dirancang dengan teratur dari semasa ke semasa. Penanaman tumbuhan hijau bukan sahaja memberikan suasana persekitaran yang sejuk dan nyaman, malah berfungsi untuk menstabilkan suhu persekitaran. Penanaman pokok-pokok ini juga bertujuan mengurangkan kesan pemanasan global melalui penyerapan karbon dioksida. Akhirnya, pemanansan global dapat dikawal dan akan dapat menstabilkan ekosistem persekitaran. Penjagaan sumber-sumber alam sekitar seperti pokok-pokok akan dapat membendung pelbagai masalah, sebagai contoh hutan mengawal hakisan tanah dan banjir. Hutan juga menjadi salah satu sumber ekonomi negara kita.
Alam setikar yang bersih juga dapat mengelakkan pembiakan serangga yang mampu membawa penyakit. Persekitaran yang bersih menghalang haiwan seperti lalat, nyamuk dan tikus daripada membiak dan menyebarkan penyakit kepada manusia seperti malaria, deman denggi, taun dan hawar. Keadaan ini turut melindungi makanan kita daripada dicemari oleh vector-vektor penyakit tersebut dan dengan itu, masalah keracunan makanan dapat dielakkan.
Gangguan daripada serangga di dalam rumah juga dapat dielakkan jika persekitaran dalam keadaan bersih. Alam setikar yang bersih dapat mengurangkan pembiakan serangga seperti nyamuk, lalat, dan serangga lain yang berada di dalam rumah. Tanpa serangga tersebut, kita dapat berehat dengan selesa di rumah pada bila-bila masa. Selain itu, persekitaran yang bersih juga mengelakkan pencemaran bau yang boleh mengganggu keselesaan hidup kita.DSC02325
 kita mesti sedar akan kepentingan memelihara alam semulajadi yang masih ada pada hari ini. Usaha-usaha memupuk kesedaran masyarakat terhadap kepentingan alam sekitar terus dilakukan. Semuanya adalah bagi meningkatkan pengetahuan, kesedaran dan penyertaan orang ramai bagi memelihara alam sekitar. Pemeliharaan alam sekitar adalah tanggungjawab bersama. Setiap generasi perlu turut serta supaya pembangunan lestari dikekalkan supaya dapat dinikmati sehingga generasi akan datang.
Salam Lestari… Damai Bumi Pertiwi

Mejaga Keseimbangan Alam, Untuk Generasi Mendatang

By mujizatmerapi

Menjaga Keseimbangan Alam, Menjaga Keseimbangan Kehidupan

DSC02274Alam memberi banyak pelajaran berharga bagi manusia, terutama bagi manusia yang mau berpikir dan berkembang secara wajar. Salah satunya adalah prinsip keseimbangan dalam hidup, yang seharusnya meniru alam sekitar kita. Karena keseimbangan itulah yang menjaga kelangsungan alam, kelangsungan para penghuninya termasuk kita.

Alam juga memberitahu kita mengenai efek ketidak seimbangan yang mungkin terjadi, banjir, tanah longsor mengingatkan kita secara langsung, bahwa segala perilaku manusia yang tidak bersahabat dengan alam mengakibatkan bencana. Tidak hanya bagi manusia tapi juga bagi semua makhluk hidup yang bergantung kepada alam sekitar kita.

Begitu juga hidup yang harus dijalani oleh setiap manusia, harus selalu mengacu pada prinsip keseimbangan. Dalam kehidupan sosial, pekerjaan bahkan dikeluarga masing-masing. Keseimbangan menjaga hidup menjadi lebih stabil, tidak gampang terpengaruh oleh hal-hal negatif disekitar kita.

Perilaku kita sebagai manusia, selain memberi pengaruh kepada sesamanya, juga akan berpengaruh terhadap alam sekitar. Hal-hal yang sederhana dalam hidup, seperti misalnya cara kita memanfaatkan teknologi, sampai bagaimana cara kita membuang sampah, berpengaruh besar terhadap keseimbangan hidup kita ke depan. Bukan hanya keseimbangan alam, tetapi juga keseimbangan kehidupan yang kita jalani sehari-hari.

Banyak orang yang berperilaku negatif dalam kehidupan sehari-hari dan bisa mengganggu keseimbangan kehidupan alam dan kehidupan sosial secara umum. Misalnya adalah membuang sampah sembarangan, menggunakan teknologi secara berlebihan dan banyak hal yang lainnya. Secara langsung maupun tidak, perilaku negatif tersebut menjadi pengganggu keseimbangan alam dan kehidupan yang telah ada.

Sayangnya tidak banyak orang yang sadar diri dan mengerti bahwa perilaku kita dalam kehidupan sehari-harilah yang paling banyak mengganggu keseimbangan alam dan kehidupan, padahal telah banyak contoh yang diberikan, seperti banjir tahunan yang hampir pasti datang setiap musim penghujan dibeberapa daerah di Indonesia. Sampai dengan kekeringan dan kekurangan air bersih di daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Bukankah itu semua adalah contoh yang seharusnya bisa kita jadikan pelajaran?

Memperbaiki itu semuanya memang bukan perkara gampang, tapi bisa dilakukan, caranya sederhana, hanya dengan komitmen dari setiap diri untuk menjaga keseimbangan alam sekitar dan kehidupan. Dengan cara sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, memanfaatkan teknologi dengan bijak dan beberapa hal-hal yang bisa dilakukan oleh diri sendiri.

Maka keinginan untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan bukanlah mimpi, bisa dilakukan oleh semua orang, hanya butuh komitmen dan keinginan dari diri sendiri. Berharap yang terbaik, berarti harus memberikan yang terbaik juga. Itulah hukum alam, dimana aksi akan selalu diikuti dengan reaksi yang sebanding. Maka berikanlah yang terbaik untuk alam, niscaya alam juga akan memberikan yang terbaik kepada kita para penghuninya. Mari mulai dari diri sendiri, semoga semakin banyak orang yang mau melakukannya, menjaga keseimbangan alam, menjaga keseimbangan kehidupan.

Salam Lestari… Damai sejahtera bumi pertiwi

By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

 LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI
TANGGAL 5 – 11 AGUSTUS 2013

I. HASIL PENGAMATAN

Visual 

G. Merapi menunjukkan cuaca cerah, pada pagi, siang dan malam hari sehingga puncak dan tubuh gunung sering tampak. Angin di sekitar pos-pos pengamatan umumnya tenang. Asap solfatara tercatat dominan berwarna putih tipis, bertekanan lemah, sumber asap dari dua lokasi yaitu dinding kawah bagian barat dan utara. Tinggi asap maksimum 450 m condong ke arah Barat teramati pada pukul 06:50 WIB dari Pos Kaliurang tanggal 5 Agustus 2013. Morfologi puncak Merapi dari Pos Jrakah tidak mengalami perubahan yang signifikan paska terjadinya hembusan kuat pada tanggal 22 Juli 2013. Gambar 1 menunjukkan morfologi G. Merapi dilihat dari Pos Jrakah.
 Gambar 1. Morfologi G. Merapi dilihat dari Pos Jrakah (sisi utara) tidak mengalami perubahan yang signifikan.
.
 
Kegempan yang terjadi pada minggu ini antara lain gempa Guguran sebanyak 64 kali, MP 3 kali, dan gempa Tektonik 13 kali. Sedangkan gempa Vulkanik tidak terjadi. Aktivitas G. Merapi masih didominasi oleh gempa-gempa permukaan berupa guguran dengan durasi sangat pendek dan amplitudo kecil yang disebabkan oleh faktor eksternal. Hal ini menunjukkan aktivitas G. Merapi dalam keadaan normal. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari  hingga Agustus 2013. Kejadian gempa Tektonik terasa di Yogyakarta pada tanggal 8 Agustus 2013 pukul 17.45 tidak mempengaruhi aktivitas kegempaan di G. Merapi.
 
Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari  – Agustus 2013

Deformasi

Pemantauan dengan metoda deformasi dilakukan dengan pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) berdasarkan perubahan jarak reflektor di puncak G. Merapi (R1, R2, R3, dan R4) terhadap titik tetap di Pos Babadan, Pos Kaliurang, Pos Jrakah dan Pos Selo sebesar kurang dari 1 cm. Berdasarkan data EDM dapat dinyatakan belum terlihat adanya deformasi di tubuh G. Merapi. Hasil pengukuran EDM di Pos Kaliurang, Pos Babadan, dan Pos Selo disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Agustus  2013

Hasil pemantauan deformasi berdasarkan tiltmeter stasiun Plawangan Januari– Agustus 2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan terlihat pada Gambar 4. Data tiltmeter dari stasiun Plawangan masih bervariasi dalam batas normal dan belum menunjukkan trend yang signifikan. Data deformasi tidak menunjukkan indikasi aktivitas magmatisme di permukaan.

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari 2012 – Agustus  2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

Hujan dan Lahar

Hujan di sekitar G. Merapi masih terjadi dengan intensitas yang rendah (Gerimis) yang terjadi di 2 pos pengamatan yaitu Kaliurang 9 mm selama 20 menit dan Ngepos 5 mm selama 45 menit. Data curah hujan di sekitar Pos Pengamatan G. Merapi pada Januari – Agustus 2013 disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Curah  hujan di setiap pos pengamatan  pada bulan Januari 2012 – Agustus  2013
II. SARAN
    1. Aktivitas hembusan bersifat sementara, bukan sebagai letusan magmatis, sehingga disimpulkan aktivitas G. Merapi tetap pada tingkat “NORMAL”.
    2. Fenomena hembusan di G. Merapi sering terjadi paska letusan 2010, masyarakat di himbau agar pendakian ke puncak disarankan sampai Pasarbubar.
    3. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

 

Sumber Kantor BPPTKG Jl. Cendana 15 Yogyakarta – 55166
By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 15 – 22 Juli 2013


Visual

 Pada minggu ini, cuaca teramati cerah pada pagi sampai siang hari. Hujan sesekali terjadi namun tidak merata, angin bertiup tenang. Suhu di sekitar berkisar antara 13-30 0C. Pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 04.15 teramati hembusan asap kuat berwarna coklat kehitaman dengan tinggi asap mencapai 1.000 m diamati dari Pos Selo, disertai suara gemuruh yang terdengar dari sekitar G. Merapi pada radius 6-7 km. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya hujan abu vulkanik dan pasir ke sektor Tenggara, Selatan, dan Barat Daya. Gambar 1 menunjukan kejadian setelah terjadi hembusan yang membawa material berupa abu dan pasir teramati dari Dusun Stabelan Desa Tlogolele pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 06.30 WIB.

Gambar 1. Kondisi Puncak G. Merapi Paska hembusan asap 22 Juli 2013 Dusun Stabelan, Desa Tlogolele.
 
  Pada tanggal 15 – 22 Juli 2013 (Pukul 08.00 WIB), kegempaan di G. Merapi tercatat gempa VB sebanyak 10 kali, MP 27 kali, LHF 87 kali, guguran 66 kali dan gempa Tektonik 7 kali. Kegempaan minggu sebelumnya yaitu gempa VB 1 kali, MP 5 kali, guguran 15 kali dan LHF tidak terjadi. Terjadi peningkatan jumlah gempa-gempa dangkal seperti VB, MP, LHF dalam minggu ini. Peningkatan gempa-gempa dangkal ini diduga sebagai penyebab terjadinya hembusan asap yang terjadi pada Senin, 22 Juli 2013. Karena hanya gempa-gempa dangkal saja yang meningkat, kemungkinan hembusan tersebut sebagai aktivitas vulkanik permukaan. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari hingga Juli 2013. Kegempaan yang terjadi di G. Merapi meningkat terutama gempa VB dan LHF.
 
 Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari  – Juli 2013

  Data pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) di G. Merapi tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Data EDM di Pos Selo menunjukkan perubahan sebesar +1 mm, Pos Babadan sebesar -4 mm, Pos Jrakah sebesar -3 mm dan Pos Kaliurang sebesar +9 mm. Secara umum, perubahan jarak antara titik pengukuran EDM dan reflektor sebesar kurang dari 10 mm maka  deformasi G. Merapi masih dalam batas normal. Hasil deformasi ini menunjukkan tidak adanya akumulasi tekanan yang cukup besar hingga menimbulkan deformasi permukaan tubuh gunung. Hembusan asap yang terjadi hanya disebabkan akumulasi tekanan sesaat karena adanya pelepasan gas vulkanik. Hasil pengukuran EDM di Pos Selo, Jrakah, Babadan dan Kaliurang terlihat pada Gambar 3.

 

 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Juli  2013

Pemantauan deformasi berdasarkan tiltmeter pada minggu ini juga tidak menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan antara alat yang berada di daerah Plawangan (Gambar 4). Perubahan data tiltmeter pada sumbu x yang mengarah ke Barat-Timur sebesar  0 mikroradian sedangkan sumbu y yang mengarah ke Utara-Selatan sebesar -0.6 mikroradian. Data tiltmeter digital stasiun Labuhan, Klatakan, dan Pasarbubar juga tidak menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan.

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari– Juni 2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

  Di sekitar G. Merapi, hujan masih terjadi dengan intensitas yang kecil (Gerimis). Gambar 5 menunjukkan curah hujan di setiap Pos Pengamatan pada Bulan Januari  hingga Juni 2013.

Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juli  2013

 

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
III. SARAN
    1. Berdasarkan hasil pengamatan G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”
    2. Fenomena hembusan di G. Merapi merupakan fenomena yang sering terjadi paska letusan 2010, pendakian ke puncak G. Merapi direkomendasikan hingga Pasarbubar saja.
    3. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.


Sumber @BPPTKG

By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 8-14 Juli 2013


Visual 

  Cuaca teramati cerah pada pagi hari, kadang-kadang sore dan malam hari. Hujan masih terjadi walaupun intensitasnya tidak merata. Angin di pos-pos pengamatan pada umumnya berhembus tenang, perlahan, hingga sedang. Asap solfatara berwarna putih tipis hingga tebal, dominan putih tebal dengan tekanan lemah condong ke arah Barat Daya. Tinggi asap maksimum 300 m tercatat di Pos Selo dan Babadan pada tanggal 8 Juli 2013. Asap solfatara berwarna putih tebal dengan tinggi 200 m terekam di stasiun CCTV Deles pada tanggal 12 Juli 2013 pukul 08.00 WIB (Gambar 1). Dari gambar 1 terlihat juga morfologi puncak Merapi tidak mengalami perubahan.

 

 

Gambar 1. Menunjukkan asap solfatara berwarna putih tebal dengan tinggi 200 m terekam di stasiun CCTV Deles pada tanggal 12 Juli 2013 pukul 08.00 WIB dan morfologi Puncak Merapi tidak mengalami perubahan.
 
  Pada minggu ini, kegempaan yang terjadi di G. Merapi di dominasi oleh gempa guguran sebanyak 15 kali, diikuti gempa MP sebanyak MP 5 kali, tektonik 9 kali dan VB 1 kali. Berdasarkan intensitas kegempaan, gempa-gempa yang terjadi masih menunjukkan jumlah yang sangat kecil dan masih dalam batas normal. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari hingga Juni 2013.
 
 
 Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari  – Juli 2013
 

 Data pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) di G. Merapi belum menunjukkan adanya perubahan baik inflasi maupun deflasi tetapi masih berfluktuasi dalam batas normal. Data EDM di Pos Selo bervariasi antara  + 2 mm hingga – 2 mm, Pos Babadan sebesar +6 mm hingga -3 mm,  dan Pos Kaliurang sebesar +11 mm hingga – 9 mm. Secara umum, perubahan jarak antara titik pengukuran EDM dan reflektor sebesar kurang dari 0,1 m maka  deformasi G. Merapi masih dalam ambang batas normal. Hasil pengukuran EDM di Pos Selo, Jrakah, Babadan dan Kaliurang terlihat pada Gambar 3.

 

 
 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Juli  2013
 
 

    Data pemantauan deformasi dengan pengukuran menggunakan tiltmeter pada minggu ini juga belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan antara alat yang berada di daerah Plawangan (Gambar 4). Perubahan data tiltmeter pada sumbu x yang mengarah ke Barat-Timur sebesar  -0,2 mikroradian sedangkan sumbu y yang mengarah ke Utara-Selatan sebesar -0,1 mikroradian.

 

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari– Juni 2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

  Di sekitar G. Merapi, hujan masih terjadi. Intensitas curah hujan tercatat sebesar 40 mm/jam selama 75 menit di Pos Kaliurang pada 11 Juli 2013. Walaupun hujan masih terjadi, namun kejadian lahar tidak terjadi.

 
Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juli  2013
 
 

 

 
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
 
III. SARAN
 
    1. Berdasarkan hasil pengamatan G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”
    2. Pada minggu ini tidak terjadi hembusan asap namun demikian hembusan bisa terjadi setiap saat. Oleh sebab itu masyarakat dihimbau untuk tidak terlalu dekat berada di bibir kawah G. Merapi.
    3. Mengingat hujan masih terjadi masyarakat perlu tetap waspada terhadap kemungkinan bahaya lahar.
    4. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.


@BPPTKG

By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 1 – 7 JULI 2013


Visual

  Cuaca cerah terjadi pada pagi dan malam hari, sedangkan sore hari tertutup oleh kabut. Asap solfatara berwarna putih, tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap solfatara maksimum 175 m, diukur pada tanggal 7 Juli 2013 dari Pos Kaliurang pukul 08:15 WIB. Pada tanggal 6 Juli 2013 Pos Ngepos melaporkan terjadi hembusan berwarna putih tebal condong ke arah  Barat Daya pada pukul 08:03 WIB.
Gambar 1. Hembusan asap tanggal 6 Juli 2013 dari Pos PGM Kaliurang
 
   Kegempan yang terjadi pada minggu ini antara lain gempa guguran sebanyak 11 kali, MP 2 kali, tektonik 4 kali. Sedangkan gempa Vulkanik tidak terjadi. Hal ini menunjukkan aktivitas G. Merapi dalam keadaan tenang. Gambar 1 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari  hingga Juli  2013
 
 Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2012 – Juli 2013

  Pemantauan dengan metoda deformasi dilakukan dengan pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) berdasarkan perubahan jarak reflektor di puncak G. Merapi (R1, R2, R3, dan R4) terhadap titik tetap di Pos Babadan, Pos Kaliurang, Pos Jrakah dan Pos Selo. Hasil pengukuran EDM di Pos Kaliurang, Pos Babadan, dan Pos Selo disajikan pada Gambar 2.

 

 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Juli  2013

Data tiltmeter dari stasiun Plawangan yang dilaporkan secara berkala, masih bervariasi dalam batas normal dan belum menunjukkan trend yang yang signifikan. Berdasarkan data deformasi, tidak ada indikasi aktivitas magmatisme di permukaan.

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari– Juni 2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

   Hujan di sekitar G. Merapi masih terjadi dengan intensitas yang rendah (Gerimis) walaupun tidak merata. Data curah hujan di sekitar Pos Pengamatan G. Merapi pada Januari – Juli 2013 disajikan pada Gambar 4.

Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juli  2013

 

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
III. SARAN
    1. Berdasarkan hasil pengamatan G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”
    2. Fenomena hembusan yang terjadi di G. Merapi ini merupakan fenomena yang sering terjadi paska letusan 2010, masyarakat di himbau untuk lebih berhati-hati saat melakukan pendakian ke puncak G. Merapi. Disarankan pendakian hanya dilakukan sampai Pasar Bubar.
    3. Mengingat hujan masih terjadi masyarakat perlu tetap waspada terhadap kemungkinan bahaya lahar.
    4. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.


@BPPTKG

By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 24 – 30 JUNI 2013


Visual

  Cuaca di puncak Merapi teramati cerah pada pagi hari, sesekali siang dan malam hari kadang-kadang tampak. Angin di pos-pos pengamatan umumnya bertiup tenang. Asap solfatara berwarna putih, tipis hingga tebal dominan tebal, tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 400 m, di ukur dari Pos Babadan pada tanggal 24 Juni 2013, jam 06:45 WIB dengan asap condong ke arah Timur. Pada minggu ini hembusan terjadi sebanyak 5 kali dengan ketinggian asap bervariasi 50 – 500 m. Hembusan asap berwarna putih kecoklatan, condong ke Timur teramati dari pos Babadan setinggi 500 m terjadi pada tanggal 24 Juni 2013, pukul 06:15- 07:08 WIB (Gambar 1).
 Gambar 1.  Hembusan  asap dengan tinggi 500 m terukur dari Pos Babadan 24 Juni 2013

 
   Kegempan yang terjadi pada minggu ini antara lain gempa guguran sebanyak 30 kali, MP 3 kali, tektonik 7 kali. Sedangkan gempa Vulkanik tidak terjadi. Hal ini menunjukkan aktivitas G. Merapi dalam keadaan tenang. Guguran lava yang terjadi berasal endapan material  lepas di lereng yang tidak stabil. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari  hingga Juni  2013
 
 Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2012 – Juni 2013

   Pemantauan dengan metoda deformasi dilakukan dengan pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) berdasarkan perubahan jarak reflektor di puncak G. Merapi (R1, R2, R3, dan R4) terhadap titik tetap di Pos Babadan, Pos Kaliurang, Pos Jrakah dan Pos Selo. Hasil pengukuran EDM di Pos Kaliurang, Pos Babadan, dan Pos Selo disajikan pada Gambar 3.

 

 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Juni  2013

Data tiltmeter dari stasiun Plawangan yang dilaporkan secara berkala, masih bervariasi dalam batas normal dan belum menunjukkan trend yang yang signifikan. Berdasarkan data deformasi, tidak ada indikasi aktivitas magmatisme di permukaan.

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari– Juni 2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

    Hujan di sekitar G. Merapi masih terjadi dengan intensitas yang rendah walaupun tidak merata, beberapa pos mencatat kejadian hujan 2-3 hari dalam satu minggu ini. Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 24 mm/jam selama 55 menit pada tanggal 29 Juni 2013 terjadi di Pos Ngepos. Intensitas Curah Hujan tersebut, belum mengakibatkan terjadinya lahar ataupun penambahan aliran air pada sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi. Data curah hujan di sekitar Pos Pengamatan G. Merapi pada Januari – Juni 2013 disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juni  2013

 

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
III. SARAN
    1. Mengingat curah hujan masih tinggi masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya lahar.
    2. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.


@BPPTKG

By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 17 – 23 JUNI 2013


Visual

  Pada minggu ini cuaca cerah terjadi pada pagi hari, sesekali waktu malam tampak . Angin di pos-pos pengamatan umumnya tenang, tetapi kadang-kadang pada siang-sore berubah menjadi sepoi-sepoi. Asap solfatara umumnya berwarna putih, tipis hingga tebal dominan putih tebal bertekanan lemah. Ketinggian asap solfatara maksimum 300 m condong ke Utara pada tanggal 21 Juni 2013 pukul 05:56 terukur dari Pos Babadan. Hujan pada minggu ini masih terjadi diseluruh pos. Gambar 1 menunjukkan morfologi puncak dari Pos Babadan dimana  terlihat banyak material guguran batuan yang berasal dari sisa kubah lava 1948.
 Gambar 1.  Morfologi puncak G. Merapi dilihat dari Pos Babadan, material guguran batuan terlihat  menumpuk dibahah sisa kubah lava 1948

 
Pada minggu ini kegempaan G. Merapi tercatat adanya gempa Guguran sebanyak 11 kali, dan Tektonik 12 kali. Berdasarkan intensitas kegempaan, gempa-gempa yang terjadi masih menunjukkan dalam batas normal. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari 2011 hingga Juni 2013.
 
 Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2012 – Juni 2013

   Data deformasi berdasarkan pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) menunjukkan belum adanya perubahan jarak yang signifikan antara reflektor-reflektor yang terpasang di puncak G. Merapi (R1, R2, R3, dan R4) terhadap titik tetap di Pos Babadan, Pos Kaliurang, Poa Jrakah dan Pos Selo (Gambar 3).

 

 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Juni  2013

Sedangkan data deformasi dengan pengukuran menggunakan tiltmeter ini juga belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan antara alat yang berada di daerah Plawangan (Gambar 4).

Gambar 4. Hasil Pengukuran Tiltmeter stasiun Plawangan Januari –  Juni 2013 sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

   Data curah hujan di sekitar Pos Pengamatan G. Merapi (Pos Kaliurang, Pos Ngepos, Pos Babadan, dan Pos Selo)  Januari –  Juni 2013, Intensitas curah hujan tertinggi sebesar 35 mm/jam selama 80 menit pada tanggal 21 Juni 2013 terjadi di Pos Jrakah. Gambar 5 menunjukkan curah hujan yang terjadi di setiap Pos G. Merapi.

Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juni  2013

 

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
III. SARAN
    1. Mengingat curah hujan masih tinggi masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya lahar.
    2. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.


@BPPTKG

By mujizatmerapi

AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 10 – 16 JUNI 2013


Visual

  G. Merapi tampak cerah umumnya terjadi pada pagi hari, sesekali sore atau malam. Pada minggu ini hujan masih terjadi enam kali dalam seminggu. Angin di sekitar Merapi umumnya tenang pada sore hari, sedang pagi hingga sore bervariasi perlahan hingga kencang terjadi pada Pos Babadan dan Solo. Asap solfatara umumnya berwarna putih, tebal dan tekanan lemah. Tinggi asap solfatara maksimum 500 m condong ke Timur pada pukul 14:50 diambil dari Pos Ngepos pada tanggal 14 Juni 2013. Pada minggu ini tercatat dua kali even hembusan terjadi di G. Merapi yaitu tanggal 10 Juni 2013 dan tanggal 14 Juni 2013. Tinggi hembusan pada tanggal 10 Juni 2013 yaitu 150 hingga 225 m, berwarna putih kecoklatan, berhembus dari Timur ke Barat. Tinggi hembusan pada tanggal 14 Juni 2013 yaitu 500 m (Gambar 1), berwarna putih kecoklatan, berhembus kearah Barat Daya membawa material berupa abu vulkanik yang sampai daerah Pandan Retno, Pucang Anom dan sekitar Muntilan.
 Gambar 1.  Gambar 1. Hembusan yang terjadi pada tanggal 14 Juni 2013 dengan ketinggan 500 m, Teramati dari Pos Ngepos.
 
 Secara umum kegempan yang terjadi pada minggu ini antara lain gempa guguran sebanyak 22 kali, MP 3 kali dan  tektonik 26 kali. Berdasarkan intensitas kegempaan,  gempa-gempa yang terjadi masih menunjukkan dalam batas normal. Kejadian hembusan gas yang  pada tanggal 14 Juni 2013  terekam pada stasiun seismic Pasarbubar, Puncak G. Merapi Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari 2012 hingga Juni 2013.
 
 Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari 2012 – Juni 2013

   Deformasi G. Merapi berdasarkan data pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) belum menunjukkan adanya inflasi tetapi masih berfluktuasi dalam batas normal. Pos Selo perubahan jarak pada minggu ini sebesar  -5 mm, Pos Jrakah – 2 mm, Pos Babadan -1 mm, Pos Kaliurang -4 mm perubahan jarak reflektor-reflektor ini masih dalam ambang batas normal (< 1 cm). Hasil pengukuran EDM di Pos Selo, Jrakah, Babadan dan Kaliurang terlihat pada gambar 3.

 
Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan,  dan Selo Bulan Januari 2012 –  Juni  2013

Data pemantauan deformasi dengan pengukuran menggunakan tiltmeter pada minggu ini juga belum menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan antara alat yang berada di daerah Plawangan (Gambar 4). Perubahan data tiltmeter pada sumbu x yang mengarah ke Barat-Timur sebesar  0,3 mikroradian sedangkan sumbu y yang mengarah ke Utara-Selatan  sebesar -0,1 mikroradian.

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari 2012 – Juni  2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.

   Hujan masih terjadi dengan intensitas curah hujan tertinggi tercatat sebesar 34 mm/jam selama 85 menit terjadi di Pos Kaliurang pada 10 Juni 2013. Walaupun hujan masih terjadi, namun tidak menimbulkan adanya lahar di sungai yang berhulu di G. Merapi.  Gambar 5 menunjukkan curah hujan di setiap Pos Pengamatan pada Bulan Januari 2012 hingga Juni 2013.

Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juni  2013

 

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
III. SARAN
    1. Mengingat curah hujan masih tinggi masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya lahar.
    2. Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.


Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.


@BPPTKG

By mujizatmerapi